Saat ku berdiskusi dengan ayahku, banyak hikmah yang ku dapat.
Dimulai dari arah pembicaraan kami yang kuajukan tentang kasus city bank untuk bahan UTS ku. Ayah melontarkan beberapa opini nya tentang kasus tersebut, alhasil apa yang kuserap sangat jauh dari bayang pikiranku. Ya, aku lemah menerima perihal dunia luar. Terbukti dengan berbagai macam pertanyaan yang kubalikkan, bukan karena aku mengerti tapi karena aku tidak tahu. Terkesan banyak Tanya. Kata mati ini yang membuatku malu di hadapan ayahku. Sudah semester 4, ngapain saja kamu nad, pernyataan itu yang membayangi pikiranku.
Jelas dari sisi ayahku yang diplomatis tak berjabat. Pertanyaan sindiran yang cukup membuatku malu, “kan, ayah khawatir dengan kamu, kebanyakan teori”, lanjutnya lagi “teori boleh, tapi hadapi kehidupan dunia luar, 40% teori, penalaran luar 60%”. Sekejap menurunkan ritme semangat ku tapi entah kenapa dengan sindiran ini juga membuatku makin tersadar dengan kemampuan ku. Apa iyaa benar segitunya sosok mahasiswa seperti ku. Apa ini menjadi generalisasi sosok mahasiswa sekarang? Yang hanya menerima informasi tok, tidak ditabayunin (lebih ditinjau asal sumbernya), tidak dikomentari berdasarkan data ilmiah. Bahkan yang lebih menyelekit lagi, aku ini mahasiswa sistem informasi, informasi yang berhubungan dengan data, bagaimana cara mengolahnya, bagaimana cara pengambilan keputusannya. Disini sangat diajari.
Ya Allah, berilah hambaMU ini kesempatan waktu untuk memperbaiki pola hidup hamba sebagai mahasiswa. Berikanlah aku waktu untuk memperbaiki 4 semester yang sudah ku jalani dengan baik dan lebih baik lagi, hingga bukan gelar sarjana saja yang kumiliki tapi kumiliki title diplomatis sarjana. Yaa mungkin itu harapan aku. Insya Allah jika Yakin, Allah akan menunjukkan jalanNya yang terbaik untuk kita :)
Saturday, May 14, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment