Romantisme ukhuwah adalah hal yang membuatku selalu iri kepada
Abu Bakar, sebagaimana Ia begitu cinta kepada Umar...
Suatu hari, demikian dikisahkan Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan
Nihayah, Abu Bakar berjalan mendatangi majelis Rasulullah. Dia tampak
menjinjing kainnya, terlunjak jalannya, tertampak lututnya, dan gemetar
tubuhnya. "Sahabat kalian ini," sabda Sang Nabi pada sahabat yang
sedang duduk begitu melihat Abu Bakar datang, "sedang kesal hati. Maka
berilah salam padanya dan hiburlah hatinya."
Abu Bakar bersimpuh lalu menggenggam tangan Sang Nabi. Ditatapnya mata suci itu dalam-dalam. "Antara aku dan putra Al-Khattab," lirihnya, "ada kesalahpahaman. Lalu dia marah dan menutup pintu rumah. Aku merasa menyesal. Maka kuketuk pintunya, kuucapkan salam berulang kali untuk memohon maafnya. Tapi dia tak membukanya, tak menjawabku, dan tak juga memaafkan."
Tepat ketika Abu Bakar selesai berkisah, 'Umar ibn Al-Khaththab datang dengan resah."Sungguh aku diutus pada kalian," Sang Nabi bersabda menghardik, "Lalu kalian berkata: 'Engkau Dusta!'Wajah beliau tampak memerah, campuran antara murka dan rasa malunya yang lebih dalam dibanding gadis dalam pingitan."Hanya Abu Bakar seorang", sambung beliau, "Yang langsung mengiyakan, 'Engkau benar!' . Lalu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Masihkah kalian tidak takut pada Allah untuk menyakiti sahabatku?"
'Umar berlinang, beristighfar, dan berjalan simpuh mendekat. Tetapi tangis Abu Bakar lebih keras, derai air matanya bagai kaca jendela lepas. "Tidak, ya Rasulullah. Tidak. Ini bukan salahnya," serunya terpatah-patah isak. "Demi Allah akulah memang yang keterlaluan." Lalu dia memeluk 'Umar, menenangkan bahu yang terguncang. Mereka menyatukan rasa dalam dekapan ukhuwah, menyembuhkan luka-luka.
(Dalam Dekapan Ukhuwah, hal 388-389)
MasyaAllah...
Allah, romantisme ukhuwah ini belum mampu kulukiskan cintaku
secara verbal kepadamu saudari-saudariku.
Allah, romantisme ukhuwah ini belum mampu kupahami bahwa ukhuwah
tak lepas dari uji.
Allah, romantisme ukhuwah ini masih menyelimuti ketakutanku.
Allah, romantisme ukhuwah ini bersimpul harap akan keberadaanku
ada diantara kemaafan saudari-saudariku atas ukhuwah yang belum kutunaikan
haknya.
Allah, romantisme ukhuwah ini bersimpul doa agar Engkau izinkan
aku memiliki kepedulian, kelapangan hati, dan keluasan maaf seperti Abu Bakar.
Allah, romantisme ukhuwah ini masih aku berharap antara
ketidakpahamanku dan ketidaktauan mereka, Engkau leburkan dalam ketaatan
kepadaMu.
Allah, romantisme ukhuwah ini kirimkan teman-teman seperjuangan
yang selalu menyebut asmaMu, yang berharap pertemuan denganMu, yang beramal
karenaMu, yang meninggikan kalimatMu.
Allah tolong kirimkan dalam harap dan penantianku...
Allah, maafkan aku, maafkan, maafkan...
“dan Yang
mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu
membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat
mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka.
Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana.” (Al-Anfal: 63)
makasih udah sharing yah kak
ReplyDeletejuz 30