Pages

Labels

Thursday, March 4, 2010

Tugas IBD *Manusia dan Budaya*

Manusia dan Budaya Kerja Organisasi

 

Pendahuluan

     Manusia sebagai makhluk berbudaya yaitu manusia yang diberi anugrah yang sangat berharga oleh Tuhan, yaitu budi atau pikiran.dengan kemampuan budi atau akal itulah manusia dapat menciptakan kebudayaan yang menyebabkan kehidupannya sangat jauh berbeda dengan kehidupan hewan. Manusia sering disebut juga makhluk sosialbudaya karena makhluk yang harus hidup bersama dengan manusia lain dalam satu kesatuan yang disebut dengan masyarakat. Disamping itu, manusia adalah makhluk yang menciptakan kebudayaan dengan berbudaya itulah manusia berusaha mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan, karena hanya sebagian kecil dari mtindakan manusia yang tidak dibiasakan dengan belajar seperti naluri, refleks, atau tindakan yang dilakukan akibat suatu proses fisiologis. Bahkan beberapa tindakan yang didasari atas naluri (seperti makan, minum, dan berjalan) sudah dapat banyak dikembangkan manusia sehingga menjadi suatu tindakan yang berkebudayaan.

 

“Kebudayaan berarti keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan

dengan belajar beserta keseluruhan dari hasil budi pekertinya” kutipan ini dikemukakan oleh Koentjaraningrat.

            Dari kutipan di atas dapat digaris bawahi gagasan dan karya manusia akan menghasilkan kebudayaan yang positif. Misalnya dalam organisasi kerja. Organisasi kerja merupakan satu unit sosial yang dibentuk bagi manusia dengan menguruskannya secara kolektif untuk mencapai tujuan tertentu yang dikongsi bersama. Dalam organisasi kerja akan dibentuk  peralatan, modal, tempat, ruang, maklumat dan sistem yang dirangka dan dilaksanakan oleh anggota di organisasi tersebut.

Sehubungan itu aspek yang paling utama atau 'critical success factor' dalam organisasi ialah aspek kemanusiaan dan perhubungan anggotanya. Walaupun organisasi dilengkapi teknologi termoden dan sistem paling canggih, ia tidak akan bermakna sekiranya sifat kemanusiaan tidak dikongsi dan dihayati bersama dalam melakukan pekerjaan. Pekerjaan akan menjadi lebih bermakna jika dilakukan oleh manusia yang memiliki kestabilan emosi, kesopanan perilaku, kekuatan dorongan dan kemurnian hubungan. Kesemua nilai dan norma ini yang kemudian menjadi amalan dan budaya, akan memandu organisasi ke arah kejayaan. Justru itu anggota perlu dibentuk agar menjadi aset, baik kepada pekerjaan, organisasi maupun kepada masyarakat.Oleh karena itu, sesuatu pekerjaan hanya dapat dikerjakan dengan lancar, memuaskan dan sempurna jika wujud 'hubungan baik' antara manusia. Jika hubungan baik terjalin antara semua pihak, pekerjaan akan menjadi cara hidup yang seimbang dan organisasi kerja akan menjadi tempat yang menggembirakan.



Pembahasan 

Budaya Dalam Organisasi Kerja

Organisasi merupakan wadah bagi pembentukan budaya kecilnya (sub-budaya) yang tersendiri. Dalam konteks organisasi, budaya boleh diartikan sebagai peraturan dan panduan kepada sistem tingkah laku dan amalan individu sebagai anggota kepada organisasi. Organisasi yang digerakkan tanpa budaya kerja yang sehat akan menghadapi krisis tertentu berkaitan dengan sikap, perilaku, tindakan, amalan dan kepercayaan manusia anggota didalamnya. Masalah yang timbul adalah berpuncak daripada amalan dan tingkahlaku negatif seperti gambaran berikut: Dalam hal ini, jika budaya kerja yang bersesuaian gagal diwujud, ditanam dan dimantapkan dalam diri setiap anggota, organisasi akan berhadapan dengan bahaya kehancuran. Sebaliknya budaya kerja positif akan menyumbang kepada kejayaan organisasi keseluruhannya. Amalan dan penghayatan nilai-nilai positif dalam organisasi ini akan dapat mendorong anggota menjalankan tugas dengan penuh komitmen dan kolektif. Menerusi budaya kerja murni, amalan negatif akan dapat dihindarkan, manakala perlakuan baik dapat dipertingkatkan agar organisasi bergerak lancar mencapai visi dan misinya. Dengan demikian secara keseluruhannya, pengamalan dan penghayatan amalan kerja yang betul akan memantapkan budaya kecemerlangan dalam organisasi.

Pembentukan Budaya Kerja

Pembentukan budaya kerja yang mendorong ke arah kejayaan organisasi dengan cara menggabungkan nilai- nilai asas yang dibawa oleh individu, nilai-nilai khusus yang dimiliki oleh organisasi dan nilai- nilai umum yang terdapat dalam masyarakat. Oleh karena itu, budaya kerja ini tidak bias dipisahkan dari nilai individu anggotanya, norma masyarakat dan prinsip yang ingin diterapkan organisasi. Ini menunjukkan adanya keterkaitan hubungan yang kuat dalam pembentukan budaya kerja antara individu anggota, masyarakat dan organisasi.

Beberapa Unsur Budaya Kerja

Budaya kerja organisasi telah menampilkan beberapa unsur-unsur tertentu antara lain:

i. Budaya Kerja Autoritarian

Budaya kerja jenis ini menumpukan kepada 'command and control'. Kuasa dan autoriti dalam organisasi biasanya terpusat kepada pemimpinnya yang seringkali disanjung sebagai , hero' .Anggota akan diharapkan untuk memperlihatkan kesetiaan yang tinggi kepada pemimpin. Arahan dan peraturan dihantar dari atas menuju ke dasar organisasi. Budaya bentuk ini seringkali diamalkan dengan berkesan dalam organisasi yang berukuran kecil seperti pemiagaan keluarga, syarikat kecil dan firma sederhana.  

ii. Budaya Kerja Birokratik

Budaya kerja birokratik ini berazaskan kepada konsep bahwa organisasi diurus dengan pengurusan yang bersifat impersonal, rasional, autoriti dan formaliti. Impersonal bermaksud setiap anggota patuh terhadap peraturan dan prosedur yang sama dan harus menerima layanan yang sama. Peraturan dan prosedur tersebut dilaksanakan secara formal untuk mengingatkan anggota  akan etika dan keperluan yang dikehendaki mereka. Jabatan dalam organisasi adalah disusun mengikut hierarki supaya tanggungjawab, autoriti dan akauntabiliti jelas dan mudah diikuti. Manakala untuk memastikan kelancaran dan kecekapan kerja, pengkhususan tugas dilakukan yaitu dengan pembagian kerja menjadi lebih spesifik supaya anggota mudah menguasai dan cakap melakukannya.

iii. Budaya Kerja Fungsional

Organisasi-organisasi kerja yang berjaya di Barat sering mengamalkan budaya kerja fungsional atau 'project-based' ini. Dalam konsep fungsional, kerja dalam organisasi dibagi dan ditugaskan kepada individu atau pasukan tertentu. Projek yang paling penting akan diserahkan kepada anggota atau sekumpulan anggota yang paling berkemampuan. Apabila projek tersebut selesai, maka tugas individu atau kelompok akan selesai dan kelompok baru pula akan dibentuk bagi melaksanakan projek yang lain.Oleh karena itu, struktur kelompok adalah fleksibel dan interaksi adalah berasaskan kemahiran dan saling menghormati. Keputusan akan diperoleh selepas perbincangan, perundingan dan persetujuan para anggota projek. Bekerja secara bersama akan membentuk solidariti anggota dan mendorong penyesuaian antara personaliti yang berbeda karena mereka sama-sama bertanggungjawab kepada kejayaan organisasi.

iv. Budaya Kerja Individualistik

Dalam organisasi yang mengamalkan budaya kerja ini, individu tertentu menjadi tumpuan utama. Dalam organisasi seperti ini segelintir kecil anggota adalah tulang belakang kejayaan karena mereka mempunyai reputasi, kredibiliti, kepandaian dan keterampilan.

v. Budaya Kerja Musyawarah

Dalam organisasi jenis ini, musyawarah anggota dikatakan sebagai bagian utama dalam organisasi. Musyawarah ini berfungsi untuk mencapai mufakat, menjaga kepentingan anggota dan membantu pengurusan mencapai visi misi organisasi. Perundingan berlangsung berdasarkan perundangan dan prosedur yang diakui oleh kedua-dua belah pihak.Meskipun pertikaian dan pertentangan pendapat kadangkala berlaku antar anggota, tetapi ia sering dapat diselesaikan di meja rundingan. Secara keseluruhan pendekatan ini yang berkonsep hubungan rapat ketua dan anggota bertujuan untuk mewujudkan mufakat.

vi. Budaya Kerja Kerjasama

Pengurus inti dan anggota sama-sama berusaha menyelesaikan masalah atau meningkatkan kemahiran dengan perbincangan yang sering. Penghargaan dan keuntungan diberi bukan berasaskan individu sebaliknya kumpulan kerja. Oleh karena itu kerjasama antara anggota dalam kumpulan adalah tinggi. Ciri-cirinya seperti kesetiaan, kerajinan, komitmen, saling  menghormati, bekerjasama. Pengurus inti dapat memberi teladan baik, berinisiatif dan mengutamakan pendapat anggota dengan sifat ikhlas, adil dan jujur. Oleh karena itu hubungan keduanya harus dijalin berdasarkan kepercayaan dan niat baik, sehingga dapat membentuk satu keluarga yang besar dan pertalian seumur hidup.



Penutup

Secara umumnya adalah sulit untuk menyatakan jenis budaya kerja yang paling baik atau paling buruk karena ia bergantung kepada ruang masa, masyarakat dan konteks organisasi. Bagaimanapun tujuan pembentukan budaya kerja dalam organisasi adalah untuk menghasilkan nilai, norma, sikap dan perilaku, adalah diharapkan agar satu budaya kerja positif akan dapat dibentuk dalam organisasi untuk kepentingan bersama. Sekiranya suatu organisasi itu mengamalkan budaya yang sesuai khususnya sesuai dengan budaya Indonesia, maka daya saing, daya tahan dan prestasinya akan meningkat. Oleh karena itu budaya kerja yang positif akan membentuk organisasi ke arah kejayaan.

 

Refrensi

http://www.acehforum.or.id/

http://elearning.gunadarma.ac.id/

http://one.indoskripsi.com/